Tahun 2010 ini paroki kita menghabiskan masa 'pemerintahan' dewan baik harian maupun pleno secara serentak dan akan memulai pemerintahan baru untuk masa 3 tahun ke depan hingga 2013. Sampai tulisan ini diterbitkan, masih banyak lingkungan yang belum menentukan siapa yang akan meneruskan tampuk kepemimpinan tingkat bawah.
Kalau pada periode yang lalu banyak orang-orang muda yang tampil sebagai pemimpin lingkungan semoga periode ini lebih banyak orang-orang enerjik yang tampil.
Anehnya, untuk mencari seorang ketua bagi komunitasnya terasa begitu sulit. Banyak yang menolak dan tidak sedikit yang berdalih macam-macam. Apa yang sulit untuk mencari seorang pemimpin bagi komunitasnya saat ini??
Tulisan berikut ini saya ambil dari sebuah buku yang cukup menarik yang berjudul : SIAP MENJADI PENGURUS LINGKUNGAN - terbitan Obor, Jakarta. Buku mungil ini ditulis oleh seorang pastor dari Malang yang bernama Didik Bagiyowinadi, Pr.
Berikut ini cuplikan dari buku tersebut yang mencoba menjawab pergumulan konkret di lapangan.
APA SIH UNTUNGNYA MENJADI PENGURUS LINGKUNGAN?
Dalam pembahasan spiritualitas pelayanan murah hati kita melihat bahwa menjadi pengurus lingkungan sama sekali tidak ada bayarannya. Hal ini sejalan dengan semangat pelayanan St.Paulus, “Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” (1 Kor 9:18). Maka bila menjadi pengurus lingkungan dengan motivasi mendapatkan keuntungan, niscaya kita akan kecewa. Maka pola pikir kita mesti dibalik, bukan kita melayani umat lingkungan SUPAYA kita mendapatkan berkat, melainkan kita mau melayani umat lingkungan KARENA SUDAH menerima berkat dari Tuhan. Pelayanan kita merupakan ungkapan syukur atas berkat yang Tuhan limpahkan kepada diri dan keluarga kita masing-masing.
Dalam hal ini saya tidak mengajak Anda untuk “berdagang dengan Tuhan”, menuntut kelimpahan “berkat jasmani”-Nya di masa mendatang lantaran kita sudah banyak berjerih payah dan berkorban untuk Gereja. Kita tidak menutup kenyataan bahwa dengan terlibat dalam pelayanan sebagai pengurus lingkungan tidak berarti kita akan dibebaskan dari penyakit dan aneka masalah. Bahkan ada mantan ketua lingkungan yang terkena stroke ataupun ekonomi keluarganya tetap pas-pasan saja.
Apakah dengan demikian, segala jerih-lelah dan pengorbanan kita ini hanya sia-sia belaka? Bagi pelayanan dan pengembangan umat lingkungan jelas tidak! Tetapi bagi hidup pribadi dan keluarga kita masing-masing? Tanpa harus bermental “dagang dengan Tuhan”, mari kita meyakini Firman Tuhan seperti yang ditulis oleh St. Paulus dan penulis Surat Ibrani berikut ini:
Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. (2 Kor 9:10-11).
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Gal 6:9-10).
Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang (Ibr 6:10).
Kita akan menuai kebaikan dan kemurahan dari Tuhan melalui aneka pribadi dan peristiwa dan hal itu tidak harus berbentuk kelimpahan berkat jasmani (kekayaan dan kesehatan) dan juga tidak selalu berasal dari orang yang kita layani. Perjumpaan dengan aneka pribadi di lingkungan dan pengalaman melayani umat lingkungan, niscaya juga memperkaya hidup pribadi kita masing-masing. Bagaimana hal ini terbukti dalam pengalaman? Kiranya Anda bisa berbagi pengalaman iman dengan para (mantan) pengurus lingkungan.
Lebih lanjut simak ulasan aneka problematik pelayanan umat di lingkungan dalam buku SIAP MENJADI PENGURUS LINGKUNGAN, terbit bulan NOV 2008 ini.
Rasanya, kalo kita mau menyadari ini, memilih seorang ketua lingkungan bukan menjadi sebuah PR yang begitu berat. Sudah sadarkah kita???
Senin, 19 April 2010
Langganan:
Postingan (Atom)